
Your life isn’t behind you, the memories are behind you. Your life is always ahead you 😀 (Quote by me)
Sejarah bukan soal kisah perjuangan kemerdekaan saja, tapi soal sejarah hidup kamu sendiri.
Kali ini tentang Bung Hatta yang saya kenal lewat Rumah Pengasingan selama beliau di Banda Neira, Maluku. Beberapa foto masih di memory card kamera dan belum sempat saya sertakan karena laptop perlu perbaikan. So, beruntungnya beberapa foto untuk artikel ini memang sudah sempat saya edit dan posting di Instagram.

Waktu lagi terombang-ambing selama 5 jam lebih di kapal menuju Banda Naira, saya diberitahu tentang Kepulauan Banda Naira. Ada nama pulau diambil dari tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan yang diasingkan di Banda Naira ini. Ada rumah pengasingan tokoh-tokoh itu juga. Wow! Keren dalam hati, berarti ada banyak bahan tulisan menarik.
Tempat ini memang punya banyak cerita. Tentang penghasil buah pala, tentang pengasingan tokoh-tokoh penting era kemerdekaan, tentang gunung api yang megah, tentang benteng mistis penuh misterinya. Semua cerita yang sudah saya bagi di tulisan blog sebelumnya. Nah, kali ini merupakan dua bagian terakhir sebelum saya bagi juga satu tulisan selanjutnya soal Pulau Sjahrir.
Banda Naira sungguh panas terik, ketika akan berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Hatta. Cukup berjalan kaki saja dari hotel, saya pun hanya bersandal jepit. Maaf bukan tidak menghargai tapi sepatu kasual ketinggalan, tak masuk di dalam backpack. Liputan yang santai saat itu membuat saya urung memakai sepatu sporty yang tak cocok dengan blus atasan.

Rumah Pengasingan Bung Hatta hanya berjarak sekitar 500 – 700 meter dari Hotel Maulana. Begitu datang kami disambut penjaganya Ibu Emmy Badila. Dia merupakan keponakan dari Des Alwi yang adalah anak angkat Bung Hatta.
Emmy bercerita tentang rumah pengasingan bagaimana dulu tempat tersebut juga digunakan untuk kegiatan mengajar Bung Hatta. Tak heran juga jika kamu ke halaman belakang ada bangku dan meja tulis. Papan tulisnya pun berdebu, tak diubah dengan tulisan yang dibuat Bung Hatta terakhir kalinya ketika kembali ke tanah Jawa.
“Tulisannya yang dari kapur tulis itu pernah ditembalkan agar tetap jelas dibaca,” kata Emmy.

Wanita berusia sekitar 70 tahun itu pun mempersilahkan kami melihat-lihat. Bangunan awalnya tak sebaik sekarang, menurut Emmy banyak dirapihkan. Diperluas, dibersihkan dan terus dirawat, benda-benda milik Bung Hatta masih ditempatkan dalam lemari seperti kaca matanya yang ikonik itu.
Ada mesin ketik di ruang kerja, banyak foto-foto lama yang menggambarkan sosok Bung Hatta. Ada tabung untuk menyalahkan lampu, yang zaman dahulu memang harus pakai itu.
Ruang tidurnya memakai kelambu, masih rapih semua. Sumur dan ruang-ruang dekat tempat mengajar yang menurutku gelap agak seram. Lantainya masih asli, bukan ubin keramik tapi seperti dari bata merah yang rapih besar-besar ukuran kotaknya.

Sayang bila ke Banda Naira tak mampir melihat-lihat ke dalam rumah pengasingan. Disini kamu belajar sejarah langsung dan bisa berimajinasi dengan masa lampau ketika yang sudah tidak ada mengalami di zamannya.
Ibu Mutia Hatta yang sempat menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan pernah berkunjung ke Banda Naira dan juga menyambangi rumah tempat dulu ayahnya sempat diasingkan ini.
Itu bu guru yg pake topi ngajar apaan sih..
((( Ibu )))
Hehe itu temen lagi drama dulu (akting) 😁
Ternyata fisik bisa dipenjarakan ya. Tapi otak tidak bisa. Buktinya ya spt bung hatta di pengasingan ini.
Belanda juga tidak bisa mencegah Bung Hatta untuk bisa mengajar wlw saat-saat pengasingan 😃
Sukaa banget sama rumah kuno yg masih terjaga banget d jaman skrg iini 😊
Iya beruntungnya memang dijaga pemerintah daerah sana cukup merawat dan mendanai. Penjaga rumah pengasingan juga digaji walau hanya Rp. 1,5 juta per bulan.
Iitu udah lumayan mbk ada yg ngerawat, malah ada bnyak skrg kasus rumah jaman dulu yg dijual belikan, kn emaaan 😥
jaman sekarang saja sudah terasa di pelosok … kebayang ya pada zaman Belanda … dibawa kesana .. bener2 seperti tempat di ujung dunia, dan ngebayangin bagaimana komunikasinya dengan orang sekitar, pada masa itukan orang lokal belum bisa bahasa Indonesia .. tapi ternyata bisa melakukan pengajaran malah .. hebattt
Iya om, justru Bung Hatta bisa ngajar baca tulis ya. Memang hal yang terlihat buruk belum tentu buruk, tapi bisa ada hikmahnya juga..
mbak Dyah … senengnya bisa datang ke Banda Naira…
aku baru dapat cerita aja dari teman kantor yg orang sana…
alhamdulillah, semua peninggalan Bung Hatta masih dirawat dengan baik
salam kenal ya mbak, walau di IG kita udah follow2an, tapi baru ini ke blog
Wah, makasih udh mampir di blog ku.. iya seneng bisa punya kesempatan kesana.. salam kenal ya 😃
Sedikit koreksi nama beliau adalah Emmy Baadilla bukan Emmy badila… Baadilla adalah Marga atau fam berketurunan Arab yang menetap di Banda Naira… mungkin nama ayah nya ibu Emmy Baadilla adalah said Tjong Baadilla…
#putra Banda Naira
Terima kasih koreksinya 🙏🏻